
3.000 Lampu Colok Hidupkan Kembali Tradisi Penghujung Ramadan di Pekanbaru
PEKANBARU - Hiasan Lampu colok merupakan sebuah tradisi masyarakat di Kota Pekanbaru. Secara turun-temurun tradisi ini dilaksanakan pada malam 27 Ramadan atau sering disebut malam 7 likur jelang hari raya Idul Fitri.
Bagi masyarakat Pekanbaru lampu colok memiliki nilai agamis, gotong royong, dan rasa kebersamaan.
Lampu colok dibuat dengan berbagai model. Ada berbentuk miniatur masjid, lafaz Allah, ayat suci Alquran dan simbol-sombol Islam lainnya. Hiasan lampu ini dibuat dari dari kaleng bekas. Dikaitkan di atas bingkai berupa menara kayu, berdiri tegak dan kokoh. Tingginya mencapai puluhan meter.
Lampu sendiri merujuk pada kaleng-kaleng bekas minuman ringan bersoda. Diberi seuntai sumbu dan bahan bakar minyak tanah atau solar.
Sementara colok merujuk pada cara unik untuk menyalakan lampu dengan menggunakan tongkat kayu atau bambu yang menyala di ujungnya. Hiasan lampu colok biasanya mulai dinyalakan beberapa saat setelah waktu salat maghrib dan menjadi pemandangan indah bagi mereka yang berangkat dan pulang shalat tarawih dari Masjid.
Bagi orang yang pertama kali melihat lampu colok, pasti tidak dapat menyembunyikan takjubnya terhadap menara lampu membentuk gambar masjid.
Untuk menjaga tradisi unik ini agar tidak tenggelam ditelan zaman, Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru menggelar festival lampu colok. Festival akan dibuka langsung oleh Pj Wali Kota Pekanbaru, Muflihun SSTP MAP di Halaman Kantor Camat Kulim, Kota Pekanbaru, Senin (17/4/2023) malam.
Pj Wali Kota Pekanbaru, mengatakan, kegiatan itu digelar sekaligus untuk menyemarakan bulan suci Ramadan dan menyambut hari raya Idul Fitri 1444 H.
Di halaman Kantor Camat Kulim, sebanyak 3.000 lampu colok telah dinyalakan. Berdiri kokoh di atas menara kayu. Sebahagian membentuk ornamen miniatur Masjid.
“Alhamdulillah (lampu colok) telah dinyalakan. Ini merupakan budaya dari masa dulu. Kami mengenqng jika zaman dahulu belum ada listrik masyarakat melayu Pekanbaru beraktifitas di malam bulan Ramadan menggunakan lampu colok, seperti tadurus, bayar zakat fitrah dan lain sebagainya," ujar Muflihun.
Ditambahkannya, lampu colok sangat luar biasa, dari hanya sebatas penerangan jalan, berubah menjadi tradiai yang membudaya di masyarakat. "Jika dulunya hanya berbentuk sebatang buluh yang di potong - potong lalu ditanam sepanjang jalan. Saat ini lampu colok diuat berbagai model. Sehingga memancing animo maayarakat untuk menyaksikannya. Semoga budaya ini tetap bersinar tak hilang ditelan zaman," katanya.
Dengan pelaksaaan Festival Lampu Colok, Pj Wali Kota Pekanbaru berharap agar masyarakat kembali mengambil nilai gotong - royong pada tradisi ini, untuk membangun Kota Pekanbaru. "Jadi mari kita bersama - sama jaga tradisi ini, namun kita hati - hati juga dengan api yang dihidupkan agar tetap aman," imbaunya.
Terakhir Pj Wali Kota Pekanbaru Muflihun atas nama pribadi dan Pemko Pekanbaru mengucapkan selamat menyambut Hari Raya Idul Fitri. "Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir Batin. Semoga kita mendapatkan ampunan dari Allah dan menjadi hambanya yang bertaqwa," ucapnya.
Berita Lainnya
Firdaus Harapkan Kawasan JAS Jadi Icon Pariwisata Pekanbaru
Wawako Turun Tangan Langsung Bersihkan Tumpukan Sampah